Halaman

    Social Items

http://www.sampingrumahku.com/2020/03/bersepeda-ke-telaga-menjer-wonosobo.html

 

15 Maret 2020

sampingrumahku.com - Hari Minggu tepatnya ketika saya memutuskan untuk bersepeda ke Telaga Menjer, Garung Wonosobo. Jarak dari rumah kurang lebih 20 km dengan kontur didominasi jalanan menanjak. Sebenarnya tujuan kali ini sudah saya rencanakan beberapa waktu sebelumnya, hingga akhirnya saya bisa mewujudkannya pada hari Minggu, 15 Maret 2020.

Ohya, sekarang saya punya kegemaran baru, yaitu bersepeda. Yap! bersepeda. Duh rasanya jadi ingat waktu kecil dulu ketika dibelikan bapak sebuah sepeda yang ku kayuh dengan riang. Itung-itung nostalgia. 

Perjalanan tempo hari saya persiapkan satu hari sebelumnya sebab bersepeda ke telaga Menjer bukan hanya sekedar bersepeda. Beberapa alat seperti kompor outdoor, air mineral, alat seduh kopi, panci outdoor dan tentu saja beberapa tools yang berhubungan dengan sepeda. Kali ini saya ingin ngopi di telaga Menjer yang pemandanganya aduhai syahduhnya!. Kebetulan saya sendiri waktu itu, jadi agak santai dibuatnya. 

Perjalanan saya mulai pukul 05.00 selepas melaksanakan ibadah. Kelengkapan sudah siap semua termasuk baterai (senter) untuk penerangan di jalan, sebab saat saya berangkat jalan masih gelap. Pelan namun pasti ku kayuh sepeda dengan bawaan cukup di keranjang depan. Lokasi rumah saya memang didominasi dengan jalanan rolling alias naik turun. Agak ngempos sebenarnya, sebab dalam seminggu waktu itu saya hanya bersepeda beberapa kali saja. Belum ada 1/4 jalan mulai ada yang aneh dengan sepeda saya, "encit ... encit ... encit ..." suara yang minor sebenarnya, namun cukup mengganggu telinga saya. Ku lirik jam dan baru menunjukan pukul 05.25 saya periksa sesuatu roda depan. Ternyata ada sedikit masalah di bagian pengereman sepeda saya. Saya betulkan sebisanya untuk nanti diteruskan di tempat yang agak terang. Kemudian baru jalan kurang lebih 2 km, bunyi tersebut muncul lagi dan begitu keras. Masalah masih sama, yaitu bagian pengereman. Saya betulkan semaksimal mungkin sampai baru sadar sudah pukul 06.00 dan saya belum ada 1/4 jalan. Beberapa pesepeda juga menawarkan bantuan tapi berhubung saya membawa tools yang lumayan lengkap, jadi bukan menjadi sebuah hambatan.

Jalan menuju kota Wonosobo memang didominasi dengan tanjakan. Sedikit jalan datarnya. Pelan-pelan ku kayuh sepeda besi tua ku, yaitu sepeda Federal dengan seri Torino. Walaupun banyak jalan menanjaknya, banyak juga pesepeda yang ada di kota dingin ini. Sesampainya alun-alun kota, saya menuju jalan ke arah Dieng. Tenaga agak terkuras saat perbaikan rem depan sepeda yang agak susah. Mampir ke WARKOM untuk membeli beberapa bekal yang belum lengkap. 



PLTA Garung, Wonosobo

pukul 06.45 

Saya melanjutkan perjalanan. Sejak awal saya tidak ingin buru-buru sampai tujuan, sebab karena saya sendiri dan tidak ada target waktu lebih ingin menikmati perjalanan. Tanjakan demi tanjakan saya lewati. Sempat ada pikiran,"ngapain sih capek-capek sepedaan ke sini! enak tidur di rumah!" sial memang, pikiran seperti itu terkadang menyerang saya ketika sudah memasuki lebih dari setengah perjalanan. Bikin mental nganu saja! Hahaha. Untungnya itu hanya angin lalu sampai tiba disebuah tempat bertuliskan PLTA Garung, itu artinya sebentar lagi sampai telaga Menjer. Waktu menujukan pukul 07.35 saya jarang berhenti untuk waktu yang lama, hanya sekedar minum lalu lanjut kayuh. Tanjakan pertama yaitu tanjakan terjal dengan kontur jalan rusak dan menikung S lumayan tajam. Itu artinya juga sebuah turuan tajam jika dari atas. 


Jembatan Menuju Telaga Menjer


Ingat ya, sejak awal saya tidak terburu-buru untuk sampai tujuan. Gigi pada sepeda saya pindahkan menjadi 1-2 sampai 1-1 agar kayuhan terasa ringan. Pelan namun pasti tanjakan demi tanjakan saya lewat. Saya tidak ingin berhenti tiba-tiba di jalan menanjak. Bahaya! jika langsung berhenti. Maka dari itu saya memilih memelankan tempo kayuhan yang penting stabil. Ada tanjakan panjang dengan view yang luar biasa indah. Subhanallah. Gunung Sindoro dengan gagahnya menyambut juga hawa dingin yang tentu saja menemani. Sampai akhirnya tiba di sebuah jembatan kecil yang menandakan bahwa tujuan saya sebentar lagi tiba. Di jembatan itu saya berhenti untuk mengambil nafas dan minum agar tidak dehidrasi. Sambil sesekali menyapa warga setempat. Pikiran negatif yang tadi sempat terlintas tiba-tiba saya buang jauh-jauh. 


Telaga Menjer

Pukul 08.35 

Tanjakan terakhir berhasil saya lewati dan berarti saya sudah sampai di tujuan, telaga Menjer. Sudah lama saya tidak berkunjung. Terakhir kali beberapa tahun yang lalu ketika beberapa kawan dari Purwokerto saya ajak kemari dan menaiki perahu untuk berkeliling telaga ini. Banyak perahu disana. Kalian bisa keliling telaga dengan menyewa perahu, kali ini sudah dilengkapi dengan pelampung. Langsung saja saya menuju tempat favorit di telaga Menjer. Saya pikir di tempat itu saya sendiri, ternyata ada rombongan pesepeda lain yang juga menuju tempat favorit itu. Selepas melepas lelah, saya keluarkan peralatan untuk menyeduh kopi. Menikmati kopi dengan pemandangan syahdu telaga Menjer mengobati lelah bersepeda dengan jalanan didominasi tanjakan. Nikmat mana lagi yang kau dustakan!

Pukul 10.00 

Selesai beberapa kali mengambil gambar sepeda berlatar telaga, saya kemasi barang-barang dan membersihkan sampah yang saya bawa. Saya memang tidak berencana menghabiskan waktu lama di tempat itu. Kabut mendung mulai turun. Wah! turunan sudah menanti. Turunan adalah surga bagi pesepeda khususnya saya pribadi hahaha. Langsung saja kayuh sepeda sambil senyam-senyum pada diri sendiri. Begitu sederhana menikmati hidup dengan melakukan apa yang kita sukai tanpa harus merugikan orang lain. Bersepeda selain untuk menjaga kesehatan, pun mengajari saya untuk tidak menjadi egois terhadap diri sendiri dan orang lain. Bisa menambah energi positif untuk tubuh. Bersepeda pun melatih diri saya untuk mengenali batas kemampuan tubuh saya pribadi dengan tidak memaksakan apa yang seharusnya itu cukup. Jaga kesehatanmu. Salam.

Bersepeda ke Telaga Menjer Wonosobo

http://www.sampingrumahku.com/2020/03/bersepeda-ke-telaga-menjer-wonosobo.html

 

15 Maret 2020

sampingrumahku.com - Hari Minggu tepatnya ketika saya memutuskan untuk bersepeda ke Telaga Menjer, Garung Wonosobo. Jarak dari rumah kurang lebih 20 km dengan kontur didominasi jalanan menanjak. Sebenarnya tujuan kali ini sudah saya rencanakan beberapa waktu sebelumnya, hingga akhirnya saya bisa mewujudkannya pada hari Minggu, 15 Maret 2020.

Ohya, sekarang saya punya kegemaran baru, yaitu bersepeda. Yap! bersepeda. Duh rasanya jadi ingat waktu kecil dulu ketika dibelikan bapak sebuah sepeda yang ku kayuh dengan riang. Itung-itung nostalgia. 

Perjalanan tempo hari saya persiapkan satu hari sebelumnya sebab bersepeda ke telaga Menjer bukan hanya sekedar bersepeda. Beberapa alat seperti kompor outdoor, air mineral, alat seduh kopi, panci outdoor dan tentu saja beberapa tools yang berhubungan dengan sepeda. Kali ini saya ingin ngopi di telaga Menjer yang pemandanganya aduhai syahduhnya!. Kebetulan saya sendiri waktu itu, jadi agak santai dibuatnya. 

Perjalanan saya mulai pukul 05.00 selepas melaksanakan ibadah. Kelengkapan sudah siap semua termasuk baterai (senter) untuk penerangan di jalan, sebab saat saya berangkat jalan masih gelap. Pelan namun pasti ku kayuh sepeda dengan bawaan cukup di keranjang depan. Lokasi rumah saya memang didominasi dengan jalanan rolling alias naik turun. Agak ngempos sebenarnya, sebab dalam seminggu waktu itu saya hanya bersepeda beberapa kali saja. Belum ada 1/4 jalan mulai ada yang aneh dengan sepeda saya, "encit ... encit ... encit ..." suara yang minor sebenarnya, namun cukup mengganggu telinga saya. Ku lirik jam dan baru menunjukan pukul 05.25 saya periksa sesuatu roda depan. Ternyata ada sedikit masalah di bagian pengereman sepeda saya. Saya betulkan sebisanya untuk nanti diteruskan di tempat yang agak terang. Kemudian baru jalan kurang lebih 2 km, bunyi tersebut muncul lagi dan begitu keras. Masalah masih sama, yaitu bagian pengereman. Saya betulkan semaksimal mungkin sampai baru sadar sudah pukul 06.00 dan saya belum ada 1/4 jalan. Beberapa pesepeda juga menawarkan bantuan tapi berhubung saya membawa tools yang lumayan lengkap, jadi bukan menjadi sebuah hambatan.

Jalan menuju kota Wonosobo memang didominasi dengan tanjakan. Sedikit jalan datarnya. Pelan-pelan ku kayuh sepeda besi tua ku, yaitu sepeda Federal dengan seri Torino. Walaupun banyak jalan menanjaknya, banyak juga pesepeda yang ada di kota dingin ini. Sesampainya alun-alun kota, saya menuju jalan ke arah Dieng. Tenaga agak terkuras saat perbaikan rem depan sepeda yang agak susah. Mampir ke WARKOM untuk membeli beberapa bekal yang belum lengkap. 



PLTA Garung, Wonosobo

pukul 06.45 

Saya melanjutkan perjalanan. Sejak awal saya tidak ingin buru-buru sampai tujuan, sebab karena saya sendiri dan tidak ada target waktu lebih ingin menikmati perjalanan. Tanjakan demi tanjakan saya lewati. Sempat ada pikiran,"ngapain sih capek-capek sepedaan ke sini! enak tidur di rumah!" sial memang, pikiran seperti itu terkadang menyerang saya ketika sudah memasuki lebih dari setengah perjalanan. Bikin mental nganu saja! Hahaha. Untungnya itu hanya angin lalu sampai tiba disebuah tempat bertuliskan PLTA Garung, itu artinya sebentar lagi sampai telaga Menjer. Waktu menujukan pukul 07.35 saya jarang berhenti untuk waktu yang lama, hanya sekedar minum lalu lanjut kayuh. Tanjakan pertama yaitu tanjakan terjal dengan kontur jalan rusak dan menikung S lumayan tajam. Itu artinya juga sebuah turuan tajam jika dari atas. 


Jembatan Menuju Telaga Menjer


Ingat ya, sejak awal saya tidak terburu-buru untuk sampai tujuan. Gigi pada sepeda saya pindahkan menjadi 1-2 sampai 1-1 agar kayuhan terasa ringan. Pelan namun pasti tanjakan demi tanjakan saya lewat. Saya tidak ingin berhenti tiba-tiba di jalan menanjak. Bahaya! jika langsung berhenti. Maka dari itu saya memilih memelankan tempo kayuhan yang penting stabil. Ada tanjakan panjang dengan view yang luar biasa indah. Subhanallah. Gunung Sindoro dengan gagahnya menyambut juga hawa dingin yang tentu saja menemani. Sampai akhirnya tiba di sebuah jembatan kecil yang menandakan bahwa tujuan saya sebentar lagi tiba. Di jembatan itu saya berhenti untuk mengambil nafas dan minum agar tidak dehidrasi. Sambil sesekali menyapa warga setempat. Pikiran negatif yang tadi sempat terlintas tiba-tiba saya buang jauh-jauh. 


Telaga Menjer

Pukul 08.35 

Tanjakan terakhir berhasil saya lewati dan berarti saya sudah sampai di tujuan, telaga Menjer. Sudah lama saya tidak berkunjung. Terakhir kali beberapa tahun yang lalu ketika beberapa kawan dari Purwokerto saya ajak kemari dan menaiki perahu untuk berkeliling telaga ini. Banyak perahu disana. Kalian bisa keliling telaga dengan menyewa perahu, kali ini sudah dilengkapi dengan pelampung. Langsung saja saya menuju tempat favorit di telaga Menjer. Saya pikir di tempat itu saya sendiri, ternyata ada rombongan pesepeda lain yang juga menuju tempat favorit itu. Selepas melepas lelah, saya keluarkan peralatan untuk menyeduh kopi. Menikmati kopi dengan pemandangan syahdu telaga Menjer mengobati lelah bersepeda dengan jalanan didominasi tanjakan. Nikmat mana lagi yang kau dustakan!

Pukul 10.00 

Selesai beberapa kali mengambil gambar sepeda berlatar telaga, saya kemasi barang-barang dan membersihkan sampah yang saya bawa. Saya memang tidak berencana menghabiskan waktu lama di tempat itu. Kabut mendung mulai turun. Wah! turunan sudah menanti. Turunan adalah surga bagi pesepeda khususnya saya pribadi hahaha. Langsung saja kayuh sepeda sambil senyam-senyum pada diri sendiri. Begitu sederhana menikmati hidup dengan melakukan apa yang kita sukai tanpa harus merugikan orang lain. Bersepeda selain untuk menjaga kesehatan, pun mengajari saya untuk tidak menjadi egois terhadap diri sendiri dan orang lain. Bisa menambah energi positif untuk tubuh. Bersepeda pun melatih diri saya untuk mengenali batas kemampuan tubuh saya pribadi dengan tidak memaksakan apa yang seharusnya itu cukup. Jaga kesehatanmu. Salam.

1 comment:

  1. ngeri... ngepit terus...
    sendirian terus...
    eh jangan-jangan karo seseorang nggone ngepit ya?

    ReplyDelete