sampingrumahku.com - Mencoba menuliskan keresahan pada tubuhku sendiri. Sunyi adalah suatu keadaan tidak ada suara, hening, senyap dan kosong. Terkadang diri kita merasa sunyi, padahal tidak sama sekali.
Tubuhku tak sunyi
Ia berisik pada ujung rambut
sampai telapak kaki
Memenuhi ruang pikir
Mengisi hati
Keseharian kita sebagai makhluk sosial bisa dibilang akrab dengan kebisingan. Bising menjadi makanan sehari-hari masyarakat kota. Mereka akrab dengan kebisingan suara kendaraan, bising visual papan reklame dan lain sebagainya. Namun saya yang tinggal di desa juga sebenarnya merasakan kebisingan, khususnya di dunia internet. Internet kini bisa dijangkau oleh siapa saja, dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun berada.
Kebisingan ini terjadi pada pikiran saya sendiri akibat dari massifnya penggunaan internet untuk berbagai hal; mungkin termasuk tulisan ini. Setiap harinya saya menggunakan gadget untuk keperluan pekerjaan, hiburan, dan berkomunikasi. Tapi akhir-akhir ini saya merasa bahwa saya sudah terlalu banyak menghabiskan waktu bersama barang-barang tersebut. Sehingga walaupun saya tinggal di desa, pikiran saya mampu untuk menjejalah ruang dan waktu yang jauh.
Sepertinya saya merasa internet saat ini mulai tidak sehat untuk penggunanya. Sebenarnya saya mempunyai kendali penuh atas diri saya pribadi untuk membatasi diri saya bermain dengan barang-barang tersebut. Tapi sementara ini saya gagal untuk melakukannya. Tuntutan pekerjaan yang mengharuskan saya menggunakan barang-barang tersebut nyatanya berdampak besar terhadap konsumsi internet.
Saya menyaksikan keriuhan dalam internet, sebab orang mampu mengkasesnya secara bebas seperti yang sudah saya sampaikan di atas. Orang-orang bebas mengirimkan kabar, foto, keluh kesah, dan doa-doa yang seharusnya mereka utarakan ketika beribadah. Saat ini internet adalah dunia kedua bagi orang-orang. Saya pribadi bisa dibilang sudah kecanduan internet khusunya sosial media. Sosial media kini begitu banyak penggunanya di Indonesia; mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan orang tua. Memang dunia kini berada dalam genggaman, butuh ini tinggal buka internet, belanja ini tinggal buka internet. Saya tidak munafik dengan adanya akses-akses tersebut. Banyak hal bisa kita lakukan dengan internet dan mempermudah segala aktivitas kita. Saya juga menikmatinya. Hanya saja, belakangan ini saya mengeluh pada diri saya sendiri tentang penggunaan internet yang berlebihan.
Dari pagi sampai malam saya bersentuhan dengan internet. Bangun tidur yang pertama dicari adalah HP hanya untuk sekedar memeriksa notifikasi. Bahkan saya terkadang membawa HP ke dalam toilet hanya untuk menemani ketika saya buang air besar. Saat makan juga terkadang membawa dan memainkannya. Ketika menjelang tidur pun saya sempatkan main HP. Nah hal-hal semacam ini sebenarnya yang menurut saya adalah teror. Hidup saya berasa diteror oleh notifikasi email pekerjaan, notifikasi sosial media dan lain sebagainya. Tidur pun sepertinya hanya sebagai formalitas belaka, karena pikiran saya masih berputar-putar dala internet. Kurang ajar memang! Saya adalah pemilik kuasa atas pikiran dan tubuh saya sendiri harus menyerah pada hebatnya internet dan segala kemudahan yang ditawarkannya. Memang betul, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Sepertinya saya harus mulai mengatur tubuh saya secara utuh untuk dapat berkompromi terhadap waktu, terhadap rakusnya menggunakan internet. Sunyi bagiku saat ini adalah fana, sebab setiap harinya teror internet datang meneror pagiku, makanku, dan tidurku. Batasan memang seharusnya ada untuk menjaga kewarasan. Saya sendiri yang bisa melakukan untuk tubuh saya. Sewajarnya saja itu lebih baik.