Halaman

    Social Items

sampingrumahku.com - Lupus dan Pilus; dua anak kucing yang ku adopsi dari terminal. Mereka dibuang oleh seseorang tanpa saya tahu alasanya. Ah mungkin banyak alasanya dan saya tidak tahu tentu saja tidak berhak menghakimi orang yang membuang mereka. Mereka sebenarnya adalah empat saudara, namun 2 saudara mereka diadopsi oleh orang lain dan mereka sekarang bergabung dalam keluarga kami. 

Awalnya sedikit ragu alias masih agak sedih kalau-kalau ada kucing di rumah, ya tentu saja semenjak Tikus meninggal. Tapi ku yakinkan diriku buat membawa mereka ke rumah, akhirnya mereka resmi ku bawa. Posisi waktu itu sedang hujan, aku mencari kardus bekas lalu ku masukkan mereka. Untungnya masih kecil, jadi tidak terlalu berontak. Perlahan ku gas sepeda motor menerjang hujan, tapi dengan hati-hati. Sebab ada dua makhluk mungil yang kelak ku beri nama Lupus dan Pilus ini. 

Sampai rumah, cepat-cepat ku buka mantel lalu ku periksa kardusnya. Syukurlah kardus kering. Ku buka pelan-pelan; mereka perlahan keluar. Mencium aroma tempat baru dengan gestur moncong hidung kalau ku sebut 'ngob-ngob' layaknya kucing sedang mencium aroma. Mereka malu-malu untuk keluar dari kardus atau mungkin mereka sedang merasakan jetlag, eh kucing bisa jetlag gak ya?

Nampaknya mereka penasaran dengan tempat baru ini. Kemudian Lupus mulai berlarian kesana kemari, mencium ini dan itu. Sayangnya Pilus masih diam malu-malu, tak apa. Ohya, sebelum ku bawa mereka pulang, sudah ku beli seperangkat pasir dan makanan basah untuk mereka (jaga-jaga aja) hehe. Wah ternyata tubuh mereka penuh KUTU! sebenarnya agak geli merinding disko, melihat kutu sebanyak itu di tubuh kecil anak kucing. Layaknya bayi yang belum tahu harus berbuat apa, mereka berak dan kencing dimanapun mereka suka. Alhasil ruangan tengah bau tokai dan kencing mereka hahaha. Gak papalah kan masih bayi. Tapi mulai ku pusatkan biar bau tidak terlalu menyebar. Ku siapkan pasir dan mereka secara naluri mulai paham tempat dimana harus berak dan kencing.

Setelah beberapa hari di rumah, Ibu memanggil tetangga yang kebetulan juga memelihara kucing banyak. Di madikanlah mereka guna membasmi kutu-kutu. Alhamdulillah kutu banyak yang tumbang, tapi katanya masih ada tapi gak banyak. Tapi tak apalah, lumayan bisa ku bersihkan pelan-pelan. Sekarang mereka adalah bagian dari keluarga kami, duo bocil Lupus dan Pilus setelah Tikus yang sudah bersama Tuannya yang sesungguhnya. 

Rumahku ada kucing lagi!

Lupus dan Pilus

sampingrumahku.com - Okey melanjutkan cerita yang kemarin, Tikus adalah kucing pertama yang dirawat di keluarga kami. Ohya, rumah kami terbilang terpisah dari pemukiman warga alias tidak banyak tetangga. Jadi datangnya Tikus menjadi ikut meramaikan suasana di rumah. 

Keluarga Hewan
Tikus terkadang memakan rumput dan biasanya akan muntah, namun suatu saat dia muntah kuning dan ketika muntah suranya pun begitu parau. Sedih. Sekujur badannya lemas karena kekurangan cairan. Saya mencoba memberinya air hangat yang dicampur madu menurut saran dokter hewan terdekat. Sampai akhirnya saya bawa ke dokter hewan pada suatu pagi. Kemudian sorenya pihak dokter menghubungi kalau Tikus sudah bisa dibawa pulang, sayangnya gak bisa rawat inap. Tikus diberi cairan tepat di tengkuknya sebagai pengganti cairan yang sudah banyak keluar. Sore itu agak gerimis, saya dan sepupu saya naik sepeda motor sambil membawa Tikus di keranjang. Sesampainya di rumah, Tikus begitu lemas saya pun panik dan ini baru pertama kalinya merasa takut kalau-kalau Tikus tidak ada. 

Dia lemas dan masih mengeong seperti biasa, ternyata dia mencret juga. Dalam keadaan lemas, ia memaksakan jalan sambil sempoyongan. Aku hanya bisa menguntitnya dibelakang sambil menahan sedih. Astaga ini hewan pertama yang begitu deakt denganku. Ia memaksa keluar rumah dan mencoba mendatangi tempat dia biasa bersantai ketika siang hari. Karena agak gerimis aku membopongnya kembali ke rumah. Sempat diam beberapa menit di samping Tikus, aku menangis sedih sambil mencoba memberikan madu hangat. Sehabis maghrib saya bergegas ke petshop membeli pakan basah, sampai rumah Tikus masih tidur lemas. Ternyata sewaktu aku pergi ke petshop, Tikus kabur ke tempat yang sama, yaitu tempatnya  bersantai. Ibu kebingungan mencarinya, namun perkiraan ibu benar, kalau Tikus kembali ke tempatnya bersantai. 

Pelan-pelan ku usap tubuh ringkih Tikus, ia mengeong lemas. Namun ada yang berbeda dari suaranya, tambah parau. Mungkin jika Tikus bisa berbicara, dia akan mengatakan sesuatu. Semalam itu tidurku tak nyenyak sama sekali. Tepat pukul 03.00 ibu terbangun dan mengetuk pintu kamarku. Duduk dan berkata lirih, "Dia sudah gak ada". Tikus meniggal. Bingung seketika menyergap dan diam. Bangun, lalu menangis diriku mendapati tubuh Tikus dingin dan kaku di pojokan kursi ruang tengah. Pagi itu terasa berat bagiku, harus kehilangan kawan baru di rumah kami. Tikus di kucing. Sehabis sholat subuh dibantu bapak, aku menguburkan Tikus di belakang rumah.

Terimakasih sudah mampir di rumah kami

-

Perihal lorong-lorong hidup telah Dia bangun masing-masing untuk kita. Kau menelusuri gelap menuju cahaya
-

Sampai jumpa si Kucing kuberi nama Tikus Maghrib, jangan lupakan bau kami, bau dapur ibuk, bau sepeda motorku, hehehe. Dirimu telah kembali pada-Nya, Tuanmu sesungguhnya.

Wonosobo, 25 Desember 2018


 Keluarga Hewan

Terimakasih Allah sudah mengirimkan Tikus si Kucing mampir di rumah kami. Kawan yang mengajari kejujuran dan ketulusan. Bagi sebagian orang, hewan bukan sekedar hewan. Tapi hewan sudah mereka anggap sebagai kawan, dan anggota keluarga mereka sendiri. Layaknya manusia, hewanpun memiliki perasaan. Mereka layak atas hidup mereka dan mendapatkan kasih sayang dari sesama makhluk Tuhan yang lainnya. Kita sebagai manusia yang katanya makhluk 'sempurna' karena bekal akal dan perasaan sudah seharusnya bisa berpikir mana yang baik untuk dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. 

Salam :)            

Keluarga Hewan #2

sampingrumahku.com - Bagi sebagian orang memiliki hewan peliharaan adalah salah satu cara untuk menjemput perasaan bahagia. Tak jarang pula kita menemui orang yang begitu sayang terhadap binatang peliharaannya sampai menganggapnya sebagai sahabat bahkan anggota keluarga. Saya salah satunya yang menganggapnya bukan sekedar hewan peliharaan semata.

 Keluarga Hewan

Sekitar dua tahun yang lalu, datanglah seekor kucing jantan yang datangnya cukup mengagetkan sebab ketika pagi-pagi dia kedapatan tidur di teras rumah. Jujur keluargaku belum pernah memelihara  bahkan mengadopsi kucing. Dulu sempat memelihara ayam jawa gitu, tapi itu dulu pas saya masih SD sampai SMP. Tiap pagi dapat tugas membuat pakan ayam dan sorenya bantu cari ayam untuk pulang ke kandang. 

Kembali ke kucing tadi, dia datang ternyata lapar. Ya sudah kami beri makan seadanya kalau tidak salah ada nasi dan tempe goreng, dan ternyata habis ludes. Ohya, kucing ini nantinya saya beri nama Tikus. Dia mulai merayu untuk bisa masuk ke rumah dan tidur di dalam. Namun, waktu itu ibu dan bapak belum mengizinkan, sebab kebetulan adik saya takut dengan kucing. Tapi bukan kucing namanya kalau tidak pandai merayu, akhirnya kami sekeluarga luluh dengan rayuan si Tikus dan adik saya perlahan mulai melawan rasa takutnya. Tikus girang bukan kepalang, akhirnya dia menemukan rumah baru dan keluarga baru. Saya yakin dia punya pemilik sebelumnya, karena ada kalung yang melingkar. Kami coba tanya beberapa orang dan kami coba amati, ternyata Tikus selalu pulang ke rumah kami setiap maghrib tiba. Jadi setelah satu bulan Tikus bersama kami, akhirnya kami memutuskan kalungnya dan Tikus resmi bergabung tapi tidak masuk KK hahaha. 

Bersambung...

Keluarga Hewan

 Mengenang versi Dan Bandung
sampingrumahku.com - Lagu Dan Bandung adalah lagu memoriabel tetang sebuah kota yang bernama Bandung. Ohya lagu Dan Bandung adalah lagu ciptaan Pidi Baiq atau lebih sering dipanggil Ayah Pidi sang pentolan The Panas Dalam. Mengenang versi 'Dan Bandung' menurut saya adalah sebuah sudut pandang cara mencintai sesuatu tapi tak hanya melulu persoalan fisik, tapi lebih dalam dari itu semua. Btw, lagu ini juga masuk sebagai OST film Dilan 1991 yang juga digarap oleh ayah Pidi Baiq.

Ohya ini adalah pemahaman dangkal saya soal lagu Dan Bandung yang bisa dibilang sok tahu hehe padahal saya tidak pernah sekolah atau berdomisili di Bandung. Saya hanya kebetulan suka lagunya dan mencoba menghubungkan dan cocokologi dengan apa yang saya alami di kota perantauan saya di Purwokerto. Bukan tanpa alasan, sebab kota-kota yang pernah kita tinggali untuk waktu yang tidak sebentar adalah bagian dari perjalanan dan tersimpan memori-memori di dalamnya. 

Kira-kira begini lirik awalnya:

Dan Bandung bagiku bukan cuma
Urusan wilayah belaka
Lebih jauh dari itu
Melibatkan perasaan 
yang bersamaku ketika sunyi...

Cukup sederhana kata yang dipakai dalam lirik tersebut dan mudah dipahami (menurut saya), namun maknanya dalam. Kita diberi tahu bahwa memandang sesuatu baiknya tidak hanya berhenti di permukaan, tapi kita harus paham lebih dalam tentang sesuatu itu (sok tahu banget saya ya! wwkwkwkw). Tapi ya begitu yang saya pahami hehehe. 

Kembali ke lagu Dan Bandung. Awal kali mendengar lagu ini, saya secara pribadi serasa dilempar ke ruang lampau untuk menggali lagi kenangan-kenangan di kota Purwokerto tempat saya sekolah. Segala hiruk pikuk dan segala cerita terbangun disini. Jadi jika di lagu tersebut kota Bandung itu bukan melulu soal urusan wilayah dan geografis kali ini kota Purwokerto yang berada pada posisi tersebut. Mungkin bagi orang-orang yang pernah atau tinggal di Bandung atau bahkan asli orang Bandung akan merasa terwakili dengan adanya lagu ini (tenkyu ayah Pidi). Tetapi jauh lebih dari itu, saya memahami bahwa setiap orang memiliki ruang untuk menyimpan segala ingatan dan kenangan yang tidak terlupakan; baik itu buruk ataupun menyenangkan. Mungkin terdengar cengeng atau lebay ya ? Tapi itu sah-sah saja bebas hehehe. Maka berbahagialah orang-orang dengan segala kenangan masa lampaunya, apalagi kenangan yang membahagiakan. Kemudian, tiap-tiap orang juga mempunyai tempat yang berkesan untuk dirinya secara individu yang kemudian itu menjadi kenangannya masing-masing. 

Ohya lagu ini dinyanyikan dalam beberapa versi penyanyi, kebetulan yang saya dengarkan adalah versi Danilla Riyadi feat The Panas Dalam. Lagu tersebut bisa kita dengarkan di Youtube, Spotify dan beberapa kanal musik online lainnya. Dengarkan saja kalau penasaran. 

Mengenang Versi 'Dan Bandung'



Gendhit n Friends

sampingrumahku.com - Sebelumnya siapa itu Gendhit and Friends ? Jadi mereka ini adalah grup band yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah. Dipunggawai oleh mas Gendhit, Kiki, dan Nopal kemudian mengudaralah dengan nama Gendhit and Friends. Awalnya mas Gendhit hanya ingin bersolo karir saja, namun sekitar tahun 2013 mas Gendhit bertemu dengan Nopal yang dilihatnya punya semangat untuk berproses musik bersama, kemudian Nopal sebagai bassist mengajak Kiki mengisi kursi drummer untuk melengkapi formasi mereka.

Nampaknya Tuhan merestui pertemuan ketiganya yang kemudian lahir sebuah karya yang datang dari kemantapan hati, sebuah album musik bertajuk Dua Musim. Uniknya materi dalam album ini menurut mas Gendhit sudah ia tulis ketika memilih untuk bersolo karir, kemudian karena berubah menjadi format band yang tentu saja mengubah aransemen yang ada. Sampai akhirnya saya tahu bahwa untuk merampungkan album ini membutuhkan waktu selama empat tahun. Dimulai sejak tahun 2014 dan selesai tahun 2018. Wah!

Album Dua Musim ini sebenarnya sudah mulai beredar pada bulan November 2018, namun perilisan dilaksanakan pada bulan Desember. Bekerjasama dengan UKM Gasebu Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Gendhit and Friends resmi merilis karya ke publik. Album ini merupakan bentuk kolektif karena prosesnya melibatkan kawan-kawan dekat dari mereka. Dari mulai proses rekaman, mixing, pengisian komposisi musik, sampai desain yang menambah ciamik pada album ini. Semangat gotong royong ini harus kita tiru dan apresiasi, karena dukungan-dukungan tersebut sangat mambantu dalam terciptanya sebuah album yang bagus ini.

Berisi 8 track lagu, Dua Musim ini menawarkan wacana untuk menemukan ke Indonesiaan di dalamnya. Judul album Dua Musim ini mengisyaratkan Indonesia, karena memang hanya ada dua musim di Indonesia. 1. Documentary of Song, 2. Tanah Air Nusantara, 3. Rembulan di Balik Awan, 4. Dua Musim, 5. Sampai Saat Semua Berakhir, 6. Bumi Semakin Tua, 7. Lembayung Jingga, 8. Kampung Halaman. Itulah daftar lagu yang ada pada album ini.

Membaca judul-judul yang tersaji membuat saya berimajinasi bahwa setiap judul ini adalah sebuah cerita yang sampaikan oleh Gendhit and Friends. Di awali dengan Documentary of Song, saya dikenalkan dengan musik yang akan mereka bawakan pada satu album ini. Lalu masuk pada Tanah Air Nusantara, saya dikenalkan dan disadarkan bahwa Indonesia begitu luas dan penuh dengan kekayaan dan keindahan alam yang ada. Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita hidup di tanah yang begitu kaya, dan wajib kita jaga karena ini adalah tanah kandung kelahiran kita. Masih mendukung pada lagu sebelumnya, lagu Rembulan di Balik Awan juga bercerita (menurut subjektif saya) tentang Indonesia dan segala cerita cintanya. Memasuki lagu yang juga menjadi judul album, yaitu Dua Musim saya dibawa nuansa pedesaan yang sangat kental. Pemilihan nada-nada semakin menguatkan nuansa pedesaan. Lagu ini seakan menjadi tempat untuk rehat sejenak setelah lagu-lagu sebelumnya yang cukup menguras energi. Namun, disini juga saya mendapatkan kenyataan jika kemarau panjang membuat kering sawah, sungai, membakar ilalang dan memaksa makhluk bergelut dengan penderitaan, hanya doa kepada Tuhan yang bisa kita lakukan untuk menurunkan hujan. Doa diijabah, hujan datang menggerus tanah tandus, banjir dan menghanyutkan jiwa. Cemas dan bimbang menggelayut pada setiap makhluk, lalu kita hanya bisa berdoa untuk hujan segera reda. Sudah kewajiban kita untuk menjaga alam supaya musim apapun yang datang tak membuat kita nelangsa.

Tiba pada lagu Sampai Saat Semua Berakhir saya diajak untuk merenung tentang apa-apa yang sudah manusia lakukan. Bahwa untuk bertahan hidup manusia harus bisa belajar dari apapun yang ada, dan juga dimanapun ia berada. Kita harus sadar tentang apapun yang diri kita lakukan sampai saat semua berakhir. Tentu saja ini menjadi refleksi. Sebagai manusia kita harus menjaga lingkungan hidup dan jangan biarkan ketamakan menguasai diri kita sebagai manusia, itu adalah pesan yang saya tangkap pada lagu berikutnya berjudul Bumi Semakin Tua. Konon katanya bumi kita sudah berumur jutaan tahun. Kita hidup di Indonesia sudah seharusnya kita menjaga. Namun, dewasa ini kita banyak mendapati penggundulan hutan, merusak tebing untuk kepentingan pertambangan yang berlebihan. Tentu saja ini akan merusak lingkungan hidup yang sudah ada. Bumi sudah semakin tua ditambah sikap manusia sendiri yang tidak memperhatikan dampak panjang dari perusakan alam ini. Maka ketika dua musim itu datang kita akan digerus, dibinasakan oleh karena ulah kita sendiri yang lalai menjaga alam. Sampai pada lagu Lembayung Jingga yang cukup tenang setelah dikoyak-koyak kenyataan bahwa bumi semakin tua. Saya diajak untuk kembali mawas diri atas semua persoalan yang terjadi. Lembayung jingga juga menurut saya sebuah waktu dimana kita harus sejenak pulang untuk melepaskan beban seharian, mengheningkan diri di dalam kesunyian (baca instropeksi). Kita seharusnya berdoa dan berharap bahwa semua yang terjadi tidak membawa bencana dan nestapa untuk kita. Menutup cerita, Kampung Halaman membawa energi positif luar biasa. Melahirkan semangat dan harapan baru bagi kehidupan kita.

Tulisan di atas adalah penafsiran dangkal saya terhadap 8 lagu yang terdapat dalam album Dua Musim ini dan murni sebagai pandangan subjektif saya sendiri terhadap karya ini.

Lahirnya album ini menurut mas Gendhit adalah kontribusi nyata dirinya dan kawan-kawan yang lain sebagai musisi. Mereka berkarya atas dasar kebutuhan berkarya bukan hanya mengejar plus-plusnya saja. Musik juga menjadi media untuk menyalurkan suara-suara kepada masyarakat. Karena mereka musisi, makanya mereka membuat lagu/ album. Menurut mas Gendhit juga bahwa ia berharap dengan lahirnya album ini bisa menjadi sarana silaturahmi dengan siapa saja. Membuka ruang luas untuk bertukar pikiran/ ide, wacana atau apapun itu. Kita juga bisa datang ke Hirataka Music & Art di Banyumas yang mana adalah rumah dari mas Gendhit, kita bisa membeli album Dua Musim dan juga untuk berdiskusi dengan mas Gendhit langsung, sambil ngeteh santai hehe. Sekali lagi ini adalah tulisan yang sifatnya subjektif dan tidak bisa dipertanggungjawabkan keilmuanya (sebab saya tidak mempunyai ilmu yang cukup) xixixixi.

Salam hormat dari saya,

Menemukan Cerita pada Dua Musim milik Gendhit and Friends.

 Bin Idris Berkisah dengan Anjing Tua


sampingrumahku.com - Sesuai dengan judul tulisan ini, Bin Idris alias Haikal Azizi telah bercerita dengan Anjing Tua (baca: album ke 2 Bin Idris) yang dikemas secara apik menurut saya. Walaupun Haikal sendiri mengatakan bahwa Anjing Tua adalah album yang dikerjakannya secara gegabah (gegabah saja hasilnya begini, bagaimana kalau direncanakan dengan matang hehe). Tetapi saya yakin album ini dibalik ketergesaan album ini, Haikal adalah peramu nada dan lirik yang ciamik.


 Bin Idris Berkisah dengan Anjing Tua


FYI untuk yang belum mengetahui, Bin Idris sendiri adalah proyek solo dari Haikal Azizi sang vokalis band Sigmun. Dalam project ini pula Haikal telah merilis 2 album yang dirilis dalam jangka waktu yang tak lama. Album-album yang telah dirilis terdiri dari Bin Idris (2016), dan Anjing Tua (2018). Hal ini menunjukan produktifitas Haikal dengan proyek solonya ini.

Dalam album Anjing Tua ini terdapat 7 track lagu sebagai materinya. Diawali dengan lagu Anjing Tua, Anak Panah, Hari Sudah Petang. Kemudian dilanjut dengan lagu Rukun Warga, Pulang Kampung, Tenggelam, dan Raya sebagai lagu penutup pada album ini. Menurut Haikal sendiri, materi dalam album ini sebagian besar hadir karena alasan sepele, yaitu gitar akustik baru.  Cukup menarik memang, hanya dengan mempunyai gitar akustik baru kemudian melahirkan semangat untuk mengabadikan suara gitar tersebut dalam bentuk album dan kalau meminjam istilah yang dipakai Haikal adalah mengumbar suara gitar baru. 


 Bin Idris Berkisah dengan Anjing Tua


Dari ke 7 track dalam album ini yang menarik perhatian saya sebagai pendengar yaitu, Rukun Warga. Alasanya cukup sederhana, lagu ini cukup dan cenderung sangat dekat dengan keadaan Indonesia saat ini. Terlebih lagi lagu ini sudah rilis video clipnya di Youtube. Cukup menjadi sentilan untuk pribadi saya sendiri sebagai pendengar, dimana kita harus bisa menjaga kerukunan antar sesama manusia. Namun menurut saya, Bin Idris sendiri tidak berbicara terlalu jauh alias tidak muluk-muluk berbicara soal itu. Ia mengambil lingkup kecil dari hubungan sosial masyarakat yang ada, yaitu rukun warga. Ini menjadi menarik bagi saya juga menjadi pengingat bagi saya sendiri "sebelum merubah hal yang besar, kita harus merubah hal yang dianggap sepele". Sudah seyogyanya kita saling menjaga kerukunan, perdamaian karena kita berbagi bumi dan matahari yang sama.

Namun untuk keseluruhan track dalam album ini sangat easy listening dan bisa dijadikan teman saat melakukan perjalanan. Ada tambahan alat musik Udu yang menemari petikan gitar dari Haikal terdapat di lagu Anjing Tua, dan Rukun Warga. 

Kemudian menurut hemat saya, memahami lagu guna menangkap pesan itu ada keunikan dan kejutan-kejutannya sendiri dari karya yang tersaji. Lagu dengan lirik-lirik unik ini memberi ruang yang luas untuk kita mengartikan dan memahami maknanya, walaupun si pemilik karya ini mengganggap karyanya 'tak' mempunyai makna. Ohya, album ini bisa kita nikmati di Spotify dan Haikal pun merilisnya dalam bentuk fisik kaset. Panjang umur rilisan fisik musik dan dunia musik tanah air.

Bin Idris Berkisah dengan Anjing Tua