sampingrumahku.com - Sebelumnya siapa itu Gendhit and Friends ? Jadi mereka ini adalah grup
band yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah. Dipunggawai oleh mas Gendhit, Kiki, dan Nopal kemudian mengudaralah dengan nama Gendhit and Friends.
Awalnya mas Gendhit hanya ingin bersolo karir saja, namun sekitar tahun 2013 mas
Gendhit bertemu dengan Nopal yang dilihatnya punya semangat untuk berproses
musik bersama, kemudian Nopal sebagai bassist
mengajak Kiki mengisi kursi drummer untuk
melengkapi formasi mereka.
Nampaknya Tuhan merestui pertemuan ketiganya yang kemudian lahir sebuah
karya yang datang dari kemantapan hati, sebuah album musik bertajuk Dua Musim. Uniknya materi dalam album
ini menurut mas Gendhit sudah ia tulis ketika memilih untuk bersolo karir,
kemudian karena berubah menjadi format band yang tentu saja mengubah aransemen yang ada. Sampai akhirnya saya tahu bahwa untuk merampungkan album ini
membutuhkan waktu selama empat tahun. Dimulai sejak tahun 2014 dan selesai
tahun 2018. Wah!
Album Dua Musim ini sebenarnya
sudah mulai beredar pada bulan November 2018, namun perilisan dilaksanakan pada bulan Desember.
Bekerjasama dengan UKM Gasebu Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Gendhit and
Friends resmi merilis karya ke publik. Album ini merupakan bentuk kolektif
karena prosesnya melibatkan kawan-kawan dekat dari mereka. Dari mulai proses
rekaman, mixing, pengisian komposisi
musik, sampai desain yang menambah ciamik pada album ini. Semangat gotong royong
ini harus kita tiru dan apresiasi, karena dukungan-dukungan tersebut sangat
mambantu dalam terciptanya sebuah album yang bagus ini.
Berisi 8 track lagu, Dua Musim ini menawarkan wacana untuk
menemukan ke Indonesiaan di dalamnya. Judul album Dua Musim ini mengisyaratkan Indonesia, karena memang hanya ada dua
musim di Indonesia. 1. Documentary of
Song, 2. Tanah Air Nusantara, 3. Rembulan di Balik Awan, 4. Dua Musim, 5.
Sampai Saat Semua Berakhir, 6. Bumi Semakin Tua, 7. Lembayung Jingga, 8.
Kampung Halaman. Itulah daftar lagu yang ada pada album ini.
Membaca judul-judul yang tersaji membuat saya berimajinasi bahwa setiap
judul ini adalah sebuah cerita yang sampaikan oleh Gendhit and Friends. Di awali
dengan Documentary of Song, saya
dikenalkan dengan musik yang akan mereka bawakan pada satu album ini. Lalu
masuk pada Tanah Air Nusantara, saya
dikenalkan dan disadarkan bahwa Indonesia begitu luas dan penuh dengan kekayaan
dan keindahan alam yang ada. Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita hidup di
tanah yang begitu kaya, dan wajib kita jaga karena ini adalah tanah kandung
kelahiran kita. Masih mendukung pada lagu sebelumnya, lagu Rembulan di Balik Awan juga bercerita (menurut subjektif saya) tentang
Indonesia dan segala cerita cintanya. Memasuki lagu yang juga menjadi judul album,
yaitu Dua Musim saya dibawa nuansa
pedesaan yang sangat kental. Pemilihan nada-nada semakin menguatkan nuansa
pedesaan. Lagu ini seakan menjadi tempat untuk rehat sejenak setelah lagu-lagu
sebelumnya yang cukup menguras energi. Namun, disini juga saya mendapatkan kenyataan
jika kemarau panjang membuat kering sawah, sungai, membakar ilalang dan memaksa
makhluk bergelut dengan penderitaan, hanya doa kepada Tuhan yang bisa kita
lakukan untuk menurunkan hujan. Doa diijabah, hujan datang menggerus tanah
tandus, banjir dan menghanyutkan jiwa. Cemas dan bimbang menggelayut pada
setiap makhluk, lalu kita hanya bisa berdoa untuk hujan segera reda. Sudah
kewajiban kita untuk menjaga alam supaya musim apapun yang datang tak membuat
kita nelangsa.
Tiba pada lagu Sampai Saat
Semua Berakhir saya diajak untuk merenung tentang apa-apa yang sudah
manusia lakukan. Bahwa untuk bertahan hidup manusia harus bisa belajar dari apapun
yang ada, dan juga dimanapun ia berada. Kita harus sadar tentang apapun yang diri
kita lakukan sampai saat semua berakhir. Tentu saja ini menjadi refleksi. Sebagai
manusia kita harus menjaga lingkungan hidup dan jangan biarkan ketamakan
menguasai diri kita sebagai manusia, itu adalah pesan yang saya tangkap pada
lagu berikutnya berjudul Bumi Semakin
Tua. Konon katanya bumi kita sudah berumur jutaan tahun. Kita hidup di Indonesia
sudah seharusnya kita menjaga. Namun, dewasa ini kita banyak mendapati
penggundulan hutan, merusak tebing untuk kepentingan pertambangan yang
berlebihan. Tentu saja ini akan merusak lingkungan hidup yang sudah ada. Bumi
sudah semakin tua ditambah sikap manusia sendiri yang tidak memperhatikan
dampak panjang dari perusakan alam ini. Maka ketika dua musim itu datang kita
akan digerus, dibinasakan oleh karena ulah kita sendiri yang lalai menjaga
alam. Sampai pada lagu Lembayung Jingga
yang cukup tenang setelah dikoyak-koyak kenyataan bahwa bumi semakin tua. Saya
diajak untuk kembali mawas diri atas semua persoalan yang terjadi. Lembayung jingga
juga menurut saya sebuah waktu dimana kita harus sejenak pulang untuk
melepaskan beban seharian, mengheningkan diri di dalam kesunyian (baca instropeksi).
Kita seharusnya berdoa dan berharap bahwa semua yang terjadi tidak membawa bencana
dan nestapa untuk kita. Menutup cerita, Kampung
Halaman membawa energi positif luar biasa. Melahirkan semangat dan harapan
baru bagi kehidupan kita.
Tulisan di atas adalah penafsiran dangkal saya terhadap 8 lagu yang
terdapat dalam album Dua Musim ini
dan murni sebagai pandangan subjektif saya sendiri terhadap karya ini.
Lahirnya album ini menurut mas Gendhit adalah kontribusi nyata dirinya dan
kawan-kawan yang lain sebagai musisi. Mereka berkarya atas dasar kebutuhan berkarya bukan hanya mengejar plus-plusnya saja. Musik juga menjadi media untuk menyalurkan
suara-suara kepada masyarakat. Karena mereka musisi, makanya mereka membuat
lagu/ album. Menurut mas Gendhit juga bahwa ia berharap dengan lahirnya album
ini bisa menjadi sarana silaturahmi dengan siapa saja. Membuka ruang luas untuk
bertukar pikiran/ ide, wacana atau apapun itu. Kita juga bisa datang ke Hirataka
Music & Art di Banyumas yang mana adalah rumah dari mas Gendhit, kita bisa membeli album Dua Musim dan juga untuk berdiskusi dengan mas Gendhit langsung, sambil
ngeteh santai hehe. Sekali lagi ini adalah tulisan yang sifatnya subjektif dan
tidak bisa dipertanggungjawabkan keilmuanya (sebab saya tidak mempunyai ilmu
yang cukup) xixixixi.
Salam hormat dari saya,
No comments