Halaman

    Social Items

Seorang pelaut sedang tersesat
Ia tak mampu membaca bintang
Terombang-ambing dalam segara
Sunyi pecah oleh riak air

Melamun ia
Menangis dalam terik matari
Puluhan rapalan doa
Telah melumat mulutnya, namun tidak hatinya
Rapalan doa terus mengiringnya

Berharap ia bisa membaca bintang lagi
Sungguh malang ia

Mulanya ia penasaran dengan segara lepas
Ia yakin kalau mampu menaklukannya
Hari berganti bulan
Bulan berganti tahun
Badai pun ia bertahan
Namun petaka datang 
Ketika ia tak mampu membaca bintang dan angin

Takut menyerganya
Sebab ia telah jumawa
Bintang dan angin kabur
Tersisa murung
Pasrah

Ia dikancani camar yang nemplok sedari awal
Sepertinya camar itu tahu kalau ia akan tersesat

Wajahnya kini ditumbuhi rambut
Matanya kosong
Camar yang setia, terbang sesekali dan kembali
Mungkin camar pun sunyi dengan kesendirianya
Ia menangis dan tertidur di teras perahu

Tiba-tiba
Ketika kapal besar membangunkan dalam tidurnya
Berjingkrak, lalu bahagia
Lantas dibakarnya kapal, biar terlihat nahkoda
Ajaib, api itu membawanya pada daratan dan pulang

Camar menguntitnya sampai daratan
Lalu ia terbang bebas, mencari pelaut-pelaut tersesat lainnya.
Sebab ia tak tahan melihat kesendirian seorang pelaut.

Pelaut,Camar dan Api

Seorang pelaut sedang tersesat
Ia tak mampu membaca bintang
Terombang-ambing dalam segara
Sunyi pecah oleh riak air

Melamun ia
Menangis dalam terik matari
Puluhan rapalan doa
Telah melumat mulutnya, namun tidak hatinya
Rapalan doa terus mengiringnya

Berharap ia bisa membaca bintang lagi
Sungguh malang ia

Mulanya ia penasaran dengan segara lepas
Ia yakin kalau mampu menaklukannya
Hari berganti bulan
Bulan berganti tahun
Badai pun ia bertahan
Namun petaka datang 
Ketika ia tak mampu membaca bintang dan angin

Takut menyerganya
Sebab ia telah jumawa
Bintang dan angin kabur
Tersisa murung
Pasrah

Ia dikancani camar yang nemplok sedari awal
Sepertinya camar itu tahu kalau ia akan tersesat

Wajahnya kini ditumbuhi rambut
Matanya kosong
Camar yang setia, terbang sesekali dan kembali
Mungkin camar pun sunyi dengan kesendirianya
Ia menangis dan tertidur di teras perahu

Tiba-tiba
Ketika kapal besar membangunkan dalam tidurnya
Berjingkrak, lalu bahagia
Lantas dibakarnya kapal, biar terlihat nahkoda
Ajaib, api itu membawanya pada daratan dan pulang

Camar menguntitnya sampai daratan
Lalu ia terbang bebas, mencari pelaut-pelaut tersesat lainnya.
Sebab ia tak tahan melihat kesendirian seorang pelaut.

No comments